Perjalanan Hidup Bak Menyusur Labirin

Jumpa kembali sahabat WaTer!

Kali ini Lingkungan St. Bonaventura ingin berbagi sukacita, oleh-oleh dari acara Ziarah Rohani yang pertama setelah lebih kurang tiga tahun "terpaksa" absen. Cerita dimulai ketika pada satu dini hari di bulan Februari 2023 keluarga-keluarga lingkungan St. Bonaventura bergegas menuju titik kumpul keberangkatan, tentu saja tidak terkecuali para lansia dan juga para batita yang harus beranjak dari peraduan mereka lebih pagi dari biasanya di hari Sabtu. Matahari belum menampakkan diri ketika tepat pukul 6 pagi dua bus besar dan kecil mulai melaju meninggalkan Taman Lembah Hijau dengan diiringi rintik hujan dan doa Malaikat Tuhan dari umat yang penuh sukacita menuju kota Bandung.

Tanpa halangan berarti tibalah rombongan di tempat yang dituju, Rumah Retret Ursulin, Bandung. Disambut dengan hangat oleh para suster Ordo Santa Ursula. Sejarah dan misi kongregasi dipaparkan dengan sangat jelas oleh Suster Yovita dan Suster Tere, bahkan para Suster Novis yang berjumlah 14 orang pun diperkenalkan kepada kami. Merekalah yang  kemudian mendampingi kami berkeliling ke seluruh sudut lokasi sambil menjelaskan dengan sangat ramah tentang segala sesuatu terkait Biara Ursulin. Salah satunya ada replika rumah tempat tinggal St. Angela semasa hidupnya di Itali. Beliau adalah pendiri kongregasi ini pada 25 November 1535, dimulai dengan membentuk "Kompani Wanita" beranggotakan 28 orang, dengan memilih Santa Ursula sebagai pelindungnya.

Ada satu pengalaman sangat menarik di tempat ziarah rohani kali ini. Kami diajak mencoba menjalani ritual yang biasa dilakukan oleh para suster di biara Ursulin: berdoa kontemplasi sambil berjalan kaki menyusuri "labirin", yang berupa path (jalur) panjang dan berliku-liku menuju satu titik pusat di mana terdapat tugu salib besar tempat pendoa sejenak berhenti dan berdoa, untuk kemudian menyusuri kembali jalur yang sama agar dapat keluar dari labirin tersebut.

Suster Yovita menjelaskan filosofi yang sangat bagus dari aktivitas tersebut. Perjalanan hidup manusia bagaikan jalur panjang yang berliku-liku, kadang mengarah ke tujuan yang tepat namun sesaat kemudian ternyata justru berbalik arah menjauh. Kondisi demikian terus berulang sehingga rasanya kita tidak kunjung sampai ke tujuan yang sebenarnya, sesekali bahkan timbul perasaan lelah dan seolah ingin menyerah. Sambil berjalan menuju "Pusat" tersebut peziarah diminta untuk terus berdoa bagi semua orang yang kita ingat sambil mendaraskan "mantra" yang diambil dari perikop Alkitab. Hingga tibalah kami di bawah kaki salib untuk menundukkan diri, berdoa kontemplasi merenungi perjalanan hidup yang telah kami lalui, menyerahkan semua beban perjalanan untuk diletakkan dan dipersatukan di bawah salib.

Jika berhasil menjalaninya dengan baik dan penuh  penghayatan, kita akan merasakan jamahan lembut yang menguatkan batin kita. Kondisi taman yang luas dan ditata dengan begitu apik, ditambah pula dengan cuaca yang sejuk terasa sangat mendukung suasana, membuat hati banyak peziarah tersentuh, bahkan hingga menangis. Masing-masing dengan renungan pengalaman hidupnya sendiri. Sungguh suatu pengalaman ziarah rohani yang terasa berbeda.

Setelah berdoa di kaki salib, kami kembali menyusuri jalur yang sama untuk keluar dari labirin. Kali ini sambil berdoa agar diri kami terus diperbarui, menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik dan lebih siap untuk melayani sesama.

Setelah berpamitan dengan para suster, rombongan sempat berkunjung ke beberapa lokasi di kota Bandung. Sepanjang perjalanan kembali ke Cikarang kami merasakan sukacita dan keakraban yang semakin indah di antara umat satu lingkungan.

Semoga hal ini dapat dialami juga oleh teman-teman seluruh Paroki Cikarang. Tuhan memberkati.

Liputan dan Foto : Johannes Wahyudi N.


Post Terkait

Comments