Deo Gratias, syukur kepada Allah , kita boleh memasuki tahun 2023 dengan penuh harapan dan tantangan setelah kita boleh menutup buku tahun 2022 dengan selamat tidak kurang sesuatuapapun, meskipun kita meninggalkan banyak kenangan manis yang menggembirakan, maupun pahit, getir yang menyedihkan dan membuat kita menangis (“bila kita tidak mampu menangisi mereka yang kita cintai, sulit diharapkan kita juga mampu menangisi dosa dan jiwa kita”, menurut St Yohanes Krisostomus).
Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, berkat kemurahan dan belas kasih-Nya kita boleh mengawali tahun 2023 dengan dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh NKRI secara resmi oleh Presiden Jokowi. Karena Covid-19 belum berakhir sepenuhnya maka Presiden meminta kepada seluruh masyarakat dan komponen bangsa untuk tetap berhati-hati dan waspada . Kongkritnya antara lain :
1. Memakai masker di keramaian dan tempat tertutup harus tetap dilanjutkan.2. Budaya cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dilanjutkan3. Kesadaran vaksinasi terus digalakkan akan membantu meningkatkan imunitas.4. Masyarakat harus semakin mandiri dalam mencegah penularan, mendeteksi gejala, dan mencari pengobatan.
KESEHATAN ITU APA?Pengertian makna kesehatan itu sendiri menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
KESEHATAN FISIKPada masa sekarang yaitu paska pandemi Covid-19, kita dingatkan kembali bahwa kita masih mempunyai permasalahan kesehatan; permasalahan tersebut sering disebut dengan istilah : Triple Burden yaitu :
1. Penyakit Infeksi New Emerging: penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kali atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging infectious disease) seperti Covid-19 dan beberapa jenis penyakit seperti Virus Nipah, demam berdarah CrimeanCongo dan influensa A(H5N1) yang pernah muncul dan mnenyerang Kawasan Asia Tenggara
2. Penyakit Menular yang belum teratasi dengan baik. Penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh adanya mikroorganisme seperti virus, bakteri, parasit atau jamur, contohnya: infeksi saluran pernapasan akut, covid 19, diare, tuberkulosis, demam dengue, cacingan, penyakit kulit, malaria, difteri
3. Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh antara lain:a. Pola hidup (makan, minum, kebiasaan dan lain-lain) yang tidak sehat),b. Lingkungan hidup/ekosistem yang burukc. Malas bergerak/olah rohani dan jasmani demi menjaga kesehatan.d. Mentalitas dan Spiritualitas(cemas, takut, kawatir yang berlebihan)e. Keturunan (DM type1, Hemofilia, Thalasemia, Penyakit Jantung dll. f. Lemahnya iman, harapan dan kasih. (bdk Luk 12:22 ... Janganlah kuatir akan hidupmu ...; Yoh. 14:18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu ...; Mat 11:25-30 ... Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. ...)
Contoh PTM antara lain hipertensi, diabetes militus, obesitas, hiperkolesterol, penyakit jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, thalassemia, leukemia, sinosis hepatitis, hemofilia. PTM ini rata-rata setiap tahunnya cenderung naik. Untuk me-minimize PTM tersebut kita harus mau berperilaku CERDDIK :
C : Cek kondisi kesehatan secara berkalaE : Enyahkan asap rokok & polutan yang lain.R : Rajin & tertib merawat diri dengan olah rohani dan jasmaniD : Doa, Firman Allah, Eukaristi & Sakramen-sakramen secara tertibD : Diet sehat dengan kalori seimbang I : Istirahat yang cukup K : Kendalikan stress
PTM ini beberapa diantaranya (8 penyakit terakhir) termasuk golongan penyakit Katastropik, yaitu penyakit yang membutuhkan Perawatan Medis dalam jangka panjang, bahkan ada yang harus selama hidup dan membutuhkan biaya tinggi dalam pengobatannya dan memiliki komplikasi yang dapat mengancam jiwa penderita.
PENYAKIT SPIRITUAL & MENTAL(SPIRITUAL & MENTAL ILNESS)Adalah penyakit yang melibatkan gangguan kejiwaan dan atau pada fungsi otak yang bisa menyebabkan perubahan kepada proses pemikiran, perasaan dan tingkah-laku seseorang yang mengakibatkan gangguan untuk menjalani aktivitas seharian dengan baik. Contohnya :
1. Neurosis (merujuk pada gangguan jiwa karena adanya stres jangka panjang)2. Psikosis (gangguan menilai suatu kenyataan yang terjadi sehingga menimbulkan halusinasi, perilaku yang aneh)3. Personality Disorder (gangguan kepribadian)4. Penyakit Milenium antara lain: Individualisme, Materialisme, Konsumerisme, Hedonisme, Egoisme bahkan Egosentris.
Itu baru beberapa masalah yang berkaitan dengan kesehatan yang bisa menjadi tantangan dalam pastoral evengelisasi KAJ 2023 yang mengangkat tema : “Kesejahteraan Bersama”
Untuk menawab tantangan-tantangan tersebut diatas ada cahaya terang atau setidak tidaknya secercah cahaya yang bisa diharapkan yakni:
1. Manyatukan doa-doa kita;
2. Menanggapi secara positip peringatan Presiden Jokowi tersebut diatas dan ajakan Bp. Kardinal Suharyo agar umat semakin kreatip untuk mendalami dan mewujudkan kebaikan bersama, dengan semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi, sehingga semakin tampak wajah Allah yang berbelas kasih dan murah hati, untuk hidup dalam damai dan sejahtera. Hal ini bisa lakukan sesuai dengan talenta kita masing-masing.
3. Kesadaran bahwa setiap manusia, siapapun juga, sangat dikasihi Allah, karena mempunyai martabat yang sama, yakni sebagai citra Allah. Maka setiap pribadi mempunyai hak untuk hidup dalam damai dan sejahtera.
4. Sebagai alat bantu/sarana, kita bisa memanfaatkan atau mengadopsi Society 5.0 yang dianggap sebagai pengganti(kelanjutan) revolusi indstri 4.0 yang sangat bermanfaat dalam berkolaborasi sehingga kerja sama antar personal , seksi , bidang , komisi dan berbagai pihak bisa dilakukan sangat harmonis dan sinergis. Society 5.0 adalah suatu konsep society yang berpusat pada manusia(human-centered) dan berbasis teknologi(technology based). Konsep society 5.0 diciptakan atas dasar pesatnya perkembangan teknologi, termasuk hadirnya robot cerdas yang dianggap mampu menggantikan peran manusia. Jadi, Society 5.0 menekankan manusia sebagai komponen utama yang dapat hidup berdampingan dengan teknologi yang ada. Berbeda dengan revolusi industri 4.0 yang menggunakan kecerdasan buatan sebagai komponen utama. Munculnya society 5.0 menuntut manusia untuk aktif dalam menggunakan teknologi dengan bijak, sehingga tidak terdapat kesan peran manusia digantikan robot. Sebagai contoh, kita dapat memanfaatkan telemedicine: untuk berbagai bentuk pelayanan kesehatan; televangelism ataupun teleministry yang sangat bermanfaat untuk memberikan pelayanan, evangelisasi/pewartaan kepada umat secara jarak jauh, menggunakan alat elektronik sehingga dapat menghemat dan mempermudah dari banyak aspek. Pihak yang membutuhkan tidak harus betemu secara fisik dengan yang berkompeten/ahlinya, tetapi cukup menggunakan handphone dan internet mereka sudah bisa mengakses dan berhubungan langsung dengan para ahlinya atau yang berkompeten tersebut. Dengan alat bantu Revolusi Industri 4.0 dan dilanjutkan dengan Society 5.0 ini sangat membantu usaha kita untuk mewujud nyatakan “Kesejahteraan Bersama”, meskipun harus hati-hati dan bijaksana karena salah-salah bisa bertentangan bukan hanya dengan bidang pastoral tetapi juga ajaran iman dan teologi antara lain teologi liturgi. Contoh: Berdasarkan teologi liturgi, kehadiran dalam perayaan Ekaristi bersifat hic et nunc(di sini dan sekarang/saat ini). Dikala kita mengikuti perayaan Ekaristi secara online itu hanya bisa memenuhi persyaratan nunc tetapi tidak memenuhi persyaratan hic, padahal perayaan Ekaristi adalah perayaan persekutuan yang hadir secara fisik satu dengan yang lain. Ini jelas tidak sah terkecuali kalau ada ijin resmi dari Uskup yang berwenang dengan mempertimbangkan keadaan seperti waktu PPKM akibat pandemi Covid-19.
5. Belajar dari Kotbah Bp Kardinal Ignatius Suharyo pada Misa Pembukaan Tahun ARDAS 2023 tentang Relief Burung Berkepala Dua di Candi Mendut, Magelang Jawa Tengah. Dibalik relief itu ada kisah. Kisahnya begini :
Ada seekor burung berkepala dua. Satu kepala di atas dan yang lain di bawah. Ketika mencari makan, kepala yang di atas selalu mendapatkan makanan yang enak-enak karena posisinya, sementara kepala yang di bawah hanya mendapatkan sisa-sisanya. Suatu kali kepala bagian bawah protes. Ia berkata: "Kawan, bolehkah saya sekali-kali juga diberi makanan yang enak, bukan hanya sisa-sisanya saja?"
Kepala yang di atas menjawab: "Kawan, bukankah kita ini satu tubuh. Apa yang saya makan,juga ikut kau rasakan," kata dia. Tetapi karena bosan terus diperlakukan seperti itu, pada suatu hari kepala yang di bawah marah dan ketika mencari makan, ia sengaja menelan buah beracun. Matilah burung berkepala dua itu!
Kisah di atas bisa kita tafsir secara berbeda-beda. Namun satu pesan kuat dapat dipetik dari sana yakni: Hidup itu berbagi satu sama lain. Hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri. Jika “kepala atas” terus mengabaikan “kepala bawah”, secara sosial kita akan menjadi burung berkepala dua yang akan mati bersama-sama.
Sekian dan terimakasih. Salam sehat & Berkah Dalem Gusti(BDG)
Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa