Ia menjadikan Segalanya Baik

Saudari-saudaraku yang terkasih, kita berjumpa kembali di awal Bulan September 2021 tepatnya Tanggal 5 September. Ada dua peristiwa khusus yang kita rayakan bersama sebagai Umat Katolik di Paroki Cikarang. Perayaan Nama Pelindung Paroki dan kita memasuki Hari Minggu Kitab Suci Nasional. Mari kita syukuri atas rahmat dan anugerah-Nya yang kita alami hingga saat ini.

Dalam Sabda Tuhan hari ini dikisahkan seorang tuli dan gagap yang mengalami rahmat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Tuli, gagap dan buta merupakan penyakit yang menurut Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel menimpa umat pilihan. Penyakit ini akan disembuhkan sesudah kedatangan Allah (Yes. 6:9; Yer. 5:21; Yeh. 12:2). Dalam konteks Yesaya, tuli-gagap-buta mewakili umat yang tidak mendengar atau menangkap Sabda Allah dan tidak melihat tanda-tanda kuasa-Nya.

Dalam Perjanjian Baru hal ini menjadi gambaran murid-murid Yesus yang tidak mendengarkan Sabda-Nya. Telinga merupakan saluran wahyu, sedangkan mata merupakan saluran pengetahuan. Pada narasi penyembuhan ini telinga disembuhkan terlebih dahulu, setelah itu lidah. Hal ini menunjukkan bahwa iman lahir dari hati yang telah terlebih dahulu menerima Sabda Allah. Iman belum lengkap selama belum diungkapkan dengan lidah yang benar.

Proses penyembuhan oleh Yesus tergolong unik. Ia menjauhkan orang yang tuli-gagap itu dari orang banyak, lalu dengan memakai ludah dan merabanya, Ia menyembuhkan orang itu. Tindakan Yesus ini adalah untuk membangkitkan iman orang tuli dan gagap itu. Iman adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Tuhan Yesus sudah membangkitkan iman orang tuli dan gagap ini untuk percaya kepada-Nya. Ada dua kemungkinan dilakukannya tindakan tersebut. Pertama, bahwa hal-hal misterius tidak dilakukan di depan banyak orang. Kedua, supaya ada kontak pribadi antara si sakit dengan Yesus.

Dalam kemungkinan yang kedua ini diandaikan bahwa akibat gangguan pendengaran dan bicara, orang ini tidak mampu berkomunikasi dengan sesamanya. Orang berbicara kepadanya
tetapi ia tidak mengerti, karena terbiasa dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu ia membutuhkan orang lain dan Yesus melakukan hal yang dibutuhkannya. Ia tidak hanya bisa berbicara, tetapi lebih dari itu bisa berbicara yang baik dan memberi kesaksian tentang Yesus dalam hidupnya.

Saudari-saudaraku, dalam kehidupan kita sehari-hari banyak diantara orang Katolik mampu dan bahkan sangat piawai berbicara tentang politik, ekonomi, teknologi dan sebagainya. Tetapi seringkali kurang mampu atau malu berbicara tentang imannya sendiri akan Yesus. Mengapa? Karena hati mereka tuli sehingga sangat wajar bila akhirnya mereka pun tidak mampu berbicara atau bersaksi tentang iman mereka akan Yesus.

Lalu bagaimana caranya agar kita mampu bersaksi atau berbicara tentang Yesus? Belajar dari Sabda Tuhan hari ini ada dua hal yang harus kita lakukan. Pertama, kita harus menyembuhkan hati kita yang tuli. Kedua, setelah hati kita terbuka maka kita harus segera belajar sebanyak-
banyaknya pengetahuan akan Kristus dan selanjutnya diolah dalam hidup kita dan diwartakan.

Selain itu, apa yang harus kita lakukan untuk menyembuhkan ketulian hati kita? Pertama, kita harus bersikap rendah hati di hadapan Allah. Kedua, kita harus mengundang Yesus untuk menyerukan, “Effata” atau “Terbukalah” di dalam hati kita sehingga hati kita pun dapat disembuhkan dari ketuliannya dan menjadi semakin terbuka akan Sabda Tuhan. Semua hal ini hanya dapat kita peroleh melalui hubungan batin yang mendalam dengan Tuhan di dalam doa dan keheningan. Tidak ada jalan lain selain mulai berdoa.

“Barangsiapa tidak membaca Kitab Suci ia tidak mengenal Kristus!” demikian perkataan St. Hieronimus yang telah berjasa menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin. Konstitusi dogmatik tentang Wahyu Ilahi juga menegaskan bahwa “dalam Kitab-Kitab Suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka!” (Dei Verbum, 21). Karena itu, tidak ada cara lain bagi kita selain bergaul mesra dengan Kitab Suci. Pergaulan yang mesra dengan Kitab Suci diwujudkan dengan kesungguhan hati untuk membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Dengan cara ini, kita akan mampu bersaksi dan berbicara dengan lantang akan Yesus dan kasih-Nya kepada dunia.

Hari ini kita bersama-sama merayakan Nama Pelindung Paroki Cikarang, yakni Ibu Teresa yang dengan semangatnya dalam karya pelayanan mewujudkan Yesus yang ia imani dengan menganggap semua orang “engkau adalah Yesusku” dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil dengan cinta yang besar. Dan hari Minggu Kitab Suci Nasional ini, marilah kita bersama-sama membangun sebuah komitmen untuk semakin mencintai Kitab Suci dan selalu berusaha bergaul mesra dengan Kitab Suci. Caranya, dengan senantiasa membaca dan merenungkannya dengan penuh ketulusan hati. Semoga kita pun selalu terbebas dari ketulian hati dan selalu mampu berbicara dengan baik tentang Yesus dan kasih-Nya, seperti
yang telah diteladankan Ibu Teresa dalam hidupnya. Ibu Teresa, doakanlah kami.

Tuhan memberkati.

Penulis : Rm. Antara Pr

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments